Sebelum itu, ada baiknya kita definisikan terlebih dahulu apa itu kecerdasan. Karena cerdas dalam investasi berbeda dengan definisi cerdas seperti yang umumnya kita terima.
Biasanya kita mengartikan cerdas sebagai orang yang bisa berpikir dan memecahkan masalah dengan pengetahuan yang baik. Memiliki IQ tinggi dan selalu mendapatkan nilai tinggi di sekolah.
Di dunia investasi khususnya saham, kecerdasan seperti itu belum tentu membuat kita bisa sukses investasi.
Gambar di atas adalah Sir Isaac Newton. Newton merupakan salah satu orang paling cerdas yang pernah ada, sebagaimana yang umumnya kita bayangkan mengenai kecerdasan.
Namun bagi Benjamin Graham, Newton bukanlah investor saham cerdas. Pada tahun 1720, Newton memiliki saham South Sea Company yang sedang nge-tren pada waktu itu.
Ketika harga sahamnya dirasa sudah tinggi, Newton menjualnya dan mendapat untung 100% dengan total £7.000.
Namun, beberapa bulan kemudian. Terbawa antusiasme pasar, Newton kembali membeli saham itu kembali dengan harga yang jauh lebih tinggi. Pada akhirnya Newton mengalami kerugian £20.000.
Kenaikan harga saham signifikan seperti South Sea Company yang disebut “bubble” sangat sering terjadi. Tak terkecuali di Bursa Efek Indonesia. BUMI di sekitar tahun 2008, KAEF di tahun 2020, dan masih banyak lagi.
Menariknya, banyak orang masih saja terjebak dalam bubble tersebut. Banyak yang membeli karena “takut ketinggalan kereta”, tidak percaya fundamental karena “masa depan perusahaan ini akan sangat cerah” dan “paradigma baru tidak perlu pakai analisa fundamental”.
Pada akhirnya mengalami kerugian besar. Bahkan ada yang sampai keuangannya hancur karena menaruh hampir seluruh kekayaannya disana. Ada juga yang sampai berhutang dan menggadaikan barang demi membeli saham bubble tersebut.
Ada juga kisah di tahun 1998, perusahaan hedge fund yang dijalankan oleh sekelompok matematikawan, ilmuwan komputer, dan dua ekonom pemenang hadiah Nobel, mengalami kerugian lebih dari $2 miliar dalam waktu beberapa minggu setelah bertaruh besar. Mereka yakin pasar obligasi akan kembali normal, tapi ternyata tidak.
Kunci sukses di investasi, khususnya saham, bukan mencari satu saham terbaik yang akhirnya mengalami bagger. Karena itu lebih mirip pertaruhan dan risiko mengalami kerugian karena salah pilih jauh lebih besar dibandingkan potensi keuntungannya. Tidak ada yang bisa untung secara konsisten dengan bertaruh seperti itu. Seandainya ada, orang itu bisa menjadi orang terkaya di dunia dengan sangat cepat.