“Rahajeng Rahina Galungan” adalah ungkapan yang sering digunakan oleh masyarakat Bali untuk menyampaikan ucapan selamat pada hari raya Galungan, salah satu perayaan penting dalam agama Hindu di Bali. Secara harfiah, “Rahajeng” berarti selamat atau bahagia, “Rahina” berarti hari, dan “Galungan” merujuk pada nama hari raya tersebut. Jadi, “Rahajeng Rahina Galungan” dapat diartikan sebagai “Selamat Hari Galungan.”
Makna Hari Raya Galungan
Hari Raya Galungan memiliki makna spiritual yang mendalam bagi umat Hindu di Bali. Perayaan ini melambangkan kemenangan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan). Galungan juga merupakan momen ketika para leluhur turun ke bumi untuk diberi penghormatan oleh keturunannya. Dalam kepercayaan Hindu, Galungan adalah waktu yang tepat bagi umat untuk merenungkan makna hidup, mempererat hubungan dengan leluhur, serta meningkatkan kesadaran spiritual.
Sejarah dan Filosofi Galungan
Menurut sejarahnya, Hari Raya Galungan berakar dari ajaran Hindu tentang perang antara dharma dan adharma. Kemenangan dharma dalam mitologi ini menjadi inspirasi bagi umat Hindu untuk terus melawan sifat-sifat buruk dalam diri, seperti nafsu, kebencian, dan ketamakan. Galungan menjadi simbol penting dalam kehidupan spiritual, yang mengingatkan umat untuk tetap berada di jalan kebenaran.
Ritual dan Tradisi Galungan
Selama perayaan Galungan, umat Hindu di Bali melaksanakan berbagai upacara dan ritual yang berfokus pada sembahyang dan memberikan persembahan kepada dewa-dewa dan leluhur. Penjor, sebuah batang bambu yang dihiasi dengan berbagai bahan seperti janur, hasil bumi, dan kain, dipasang di depan rumah sebagai simbol persembahan kepada Dewa Gunung Agung dan ungkapan syukur atas karunia alam.
Keluarga juga berkumpul untuk menghormati leluhur mereka dengan membawa banten (persembahan) ke pura keluarga dan pura desa. Di pura-pura, umat Hindu sembahyang bersama sebagai bentuk pengabdian dan rasa syukur. Kegiatan ini juga mengingatkan pentingnya menjaga harmoni antara manusia, alam, dan para dewa.