Solo Trip Bukan Hal yang Tak Ladzim Bagi Traveler

Jalan kemarin banyak buangett yang nanya “kok sendirian?” Cuma kujawab “iya” sambil nyengir kuda, tapi dalam hati mengumpat “terus kenapa?? What’s wrong??”. Selama masih ada tripod, timer kamera, payung, persediaan jajan yg mumpuni, dan background syantikk…tidak ada yang salah dengan ‘sendirian’, dan itu sama sekali bukan sesuatu yang perlu dikasihani.

Yang penting kan mainnya bukan ke rumah begal, dan aku yakin masih banyak orang baik di luaran sana. Buktinya kemarin hp ku ‘hampir ilang’ 2 kali..tapi alhamdulillah masih rezekiku ditemuin sama orang2 baik. Solo trip begini emang ngga seasik dibandingin bareng temen seperjalanan dan sejurusan. Tapi kalo sendirian, aku pribadi jadi lebih terbuka terhadap lingkungan sekitar, kenalan baru, dan lebih banyak mengumbar senyum. Kalo bareng temen kan pikirannya ‘yang paling penting kalian, yg penting ada kalian, bodo amat sama orang lain’. Selamat berakhir pekan guys, jangan lupa dolan.

Hidup dan masalah adalah 2 sejoli yang tidak bisa dipisahkan, mereka jalan berdampingan. Masalah yang bertubi2 datang dan pergi, mungkin akan membuat hidupmu frustasi. Daripada itu, sambil kau menyelesaikan runyamnya masalahmu.. berbuat manfaat utk hidup orang lain akan jadi pemanis tersendiri untuk hidupmu. Seperti Bara. Masalahnya mungkin seberat dunia, tapi tidak berarti buta dengan hidup sekitarnya.

Walaupun pada akhirnya tumbang dengan cobaan yang diberikan oleh Penciptanya. Hal lain yang bisa aku petik dari novel ini adalah, jangan jadikan gunung sebagai pelampiasan. Pelampiasan artinya adalah luapan berbagai emosi yang ingin ditumpahkan di gunung yang dirasanya akan membuat jiwa lebih tenang.

Tapi pikirlah, segala hal yang dilakukan dalam emosi tidak stabil tak karuan akan membutakanmu dalam banyak hal, termasuk keselamatan, yang bisa mengantarkanmu pada jurang kematian yang konyol. Mati konyol di gunung karena kelalaian diri (bukan faktor alam) sama sekali bukan akhir hidup yang terhormat. Terimakasih Mas Aldi telah mengingatkan bahwa fiksi juga tidak selalu indah, seperti hidup pada kenyataan, dan tokoh utama tidak selalu sempurna seperti cerita kebanyakan.